Minggu, 08 Februari 2015

Haram Berputus asa dan Bunuh Diri

Haram berputus asa dan bunuh diri


Haram berputus asa dan bunuh diri

Firman Allah SWT :

... وَ لاَ تَايْئَسُوْا مِنْ رَّوْحِ اللهِ، اِنَّه لاَ يَايْئَسُ مِنْ رَّوْحِ اللهِ اِلاَّ اْلقَوْمُ اْلكفِرُوْنَ. يوسف:87

... وَ مَنْ يَّقْنَطُ مِنْ رَّحْمَةِ رَبّه اِلاَّ الضَّآلُّوْنَ. الحجر:56


.... dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah melainkan kaum yang kafir. [QS. Yusuf : 87]

قُلْ يعِبَادِيَ الَّذِيْنَ اَسْرَفُوْا عَلى اَنْفُسِهِمْ لاَ تَقْنَطُوْا مِنْ رَّحْمَةِ اللهِ، اِنَّ اللهَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ جَمِيْعًا، اِنَّه هُوَ اْلغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ. الزمر:53


.... tidak ada orang yang berputus asa dari rahmat Tuhannya, kecuali orang-orang yang sesat. [QS. Al-Hijr : 56]


Katakanlah, “Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. [QS. Az-Zumar : 53]
... وَ لاَ تَقْتُلُوْآ اَنْفُسَكُمْ، اِنَّ اللهَ كَانَ بِكُمْ رَحِيْمًا. النساء:29

..... dan janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu. [QS. An-Nisaa’ : 29]

Hadits-hadits Nabi SAW :
عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ رض قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: مَنْ تَرَدَّى مِنْ جَبَلٍ فَقَتَلَ نَفْسَهُ فَهُوَ فِى نَارِ جَهَنَّمَ يَتَرَدَّى فِيْهَا خَالِدًا مُخَلَّدًا فِيْهَا اَبَدًا، وَ مَنْ تَحَسَّى سُمًّا فَقَتَلَ نَفْسَهُ فَسُمُّهُ فِى يَدِهِ يَتَحَسَّاهُ فِى نَارِ جَهَنَّمَ خَالِدًا مُخَلَّدًا فِيْهَا اَبَدًا، وَ مَنْ قَتَلَ نَفْسَهُ بِحَدِيْدَةٍ، فَحَدِيْدَتُهُ فِى يَدِهِ يَتَوَجَّأُ بِهَا فِى نَارِ جَهَنَّمَ خَالِدًا مُخَلَّدًا فِيْهَا اَبَدًا. البخارى و مسلم و الترمذى و النسائى

Dari Abu Hurairah RA ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa menerjunkan diri dari gunung untuk bunuh diri, maka dia di neraka jahannam menerjunkan diri di dalamnya, kekal lagi dikekalkan di dalamnya selama-lamanya. Dan barangsiapa minum racun untuk bunuh diri, maka racunnya itu di tangannya dia meminumnya di neraka jahannam kekal lagi dikekalkan di dalamnya selama-lamanya. Dan barangsiapa bunuh diri dengan senjata tajam, maka senjata tajam itu di tangannya dia melukai dengannya di neraka jahannam, kekal lagi dikekalkan di dalamnya selama-lamanya”. [HR. Bukhari, Muslim, Tirmidzi, dan Nasai]

عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ رض قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: الَّذِى يَخْنُقُ نَفْسَهُ يَخْنُقُهَا فِى النَّارِ، وَ الَّذِى يَطْعُنُ نَفْسَهُ يَطْعُنُ نَفْسَهُ فِى النَّارِ، وَ الَّذِى يَقْتَحِمُ يَقْتَحِمُ فِى النَّارِ. البخارى

Dari Abu Hurairah RA, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Orang yang bunuh diri dengan menggantung diri, dia akan menggantung diri di neraka. Orang yang menikam dirinya (dengan senjata tajam) maka dia akan menikam dirinya di neraka. Dan orang yang bunuh diri dengan menerjunkan diri dari tempat yang tinggi, maka dia akan menerjunkan diri di neraka”. [HR. Bukhari]

عَنِ اْلحَسَنِ اْلبَصْرِيِّ قَالَ: حَدَّثَنَا جُنْدُبُ بْنُ عَبْدِ اللهِ فِى هذَا اْلمَسْجِدِ فَمَا نَسِيْنَا مِنْهُ حَدِيْثًا، وَ مَا تَخَافُ اَنْ يَكُوْنَ جُنْدُبٌ كَذَبَ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ ص قَالَ: كَانَ بِرَجُلٍ جِرَاحٌ، فَقَتَلَ نَفْسَهُ. فَقَالَ اللهُ: بَدَرَ عَبْدِى بِنَفْسِهِ فَحَرَّمْتُ عَلَيْهِ اْلجَنَّةَ. البخارى

Dari Al-Hasan Al-Bashriy ia berkata : Telah menceritakan kepada kami Jundub bin Abdullah di Masjid ini, dan kami tidak lupa hadits darinya itu dan kami tidak khawatir bahwa Jundub berdusta atas nama Rasulullah SAW, Nabi SAW bersabda : Dahulu ada seorang laki-laki mengalami luka-luka, lalu dia bunuh diri. Allah berfirman, “Hamba-Ku ini tergesa-gesa dengan dirinya, maka Aku haramkan surga untuknya”. [HR. Bukhari]

و فى رواية: كَانَ فِيْمَنْ قَبْلَكُمْ رَجُلٌ بِهِ جُرْحٌ فَجَزَعَ، فَاَخَذَ سِكِّيْنًا، فَحَزَّ بِهَا يَدَهُ، فَمَا رَقَأَ الدَّمُ حَتَّى مَاتَ، فَقَالَ اللهُ: بَادَرَنِى عَبْدِى بِنَفْسِهِ.

Dalam satu riwayat (Nabi SAW bersabda) : Dahulu diantara orang-orang sebelum kalian ada seorang laki-laki yang terluka, lalu dia tidak sabar. Kemudian dia mengambil pisau lalu memotong tangannya, maka darahnya mengalir  tanpa berhenti sehingga dia mati. Allah berfirman, “Hamba-Ku telah mendahului kehendak-Ku dengan dirinya”. [HR Bukhari]

عَنْ جَابِرِ بْنِ سَمُرَةَ رض اَنَّ رَجُلاً كَانَتْ بِهِ جِرَاحَةٌ فَاَتَى قَرَنًا لَهُ، فَاَخَذَ مِشْقَصًا فَذَبَحَ بِهِ نَفْسَهُ، فَلَمْ يُصَلِّ عَلَيْهِ النَّبِيُّ ص. ابن حبان فى صحيحه

Dari Jabir bin Samurah RA bahwasanya ada seorang laki-laki yang mengalami luka-luka, kemudian dia menghampiri tempat anak panah dan melukai dirinya dengan anak panah tersebut (sehingga mati). Maka Nabi SAW tidak mau menshalatkannya. [HR. Ibnu Hibban di dalam Shahihnya].

عَنْ اَبِى قِلاَبَةَ رض اَنَّ ثَابِتَ بْنَ الضَّحَّاكِ رض اَخْبَرَهُ بِاَنَّهُ بَايَعَ رَسُوْلَ اللهِ ص تَحْتَ الشَّجَرَةِ، وَ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص قَالَ: مَنْ حَلَفَ عَلَى يَمِيْنٍ بِمِلَّةِ غَيْرِ اْلاِسْلاَمِ كَاذِبًا مُتَعَمِّدًا فَهُوَ كَمَا قَالَ، وَ مَنْ قَتَلَ نَفْسَهُ بِشَيْءٍ عُذِّبَ بِهِ يَوْمَ اْلقِيَامَةِ، وَ لَيْسَ عَلَى رَجُلٍ نَذْرٌ فِيْمَا لاَ يَمْلِكُ، وَ لَعْنُ اْلمُؤْمِنِ كَقَتْلِهِ، وَ مَنْ رَمَى مُؤْمِنًا بِكُفْرٍ فَهُوَ كَقَتْلِهِ، وَ مَنْ ذَبَحَ نَفْسَهُ بِشَيْءٍ عُذِّبَ بِهِ يَوْمَ اْلقِيَامَةِ. البخارى و مسلم و ابو داود و النسائى باختصار، و الترمذى و صححه و لفظه: اِنَّ النَّبِيَّ ص قَالَ: لَيْسَ عَلَى اْلمَرْءِ نَذْرٌ فِيْمَا لاَ يَمْلِكُ، وَ لاَعِنُ اْلمُؤْمِنِ كَقَاتِلِهِ، وَ مَنْ قَذَفَ مُؤْمِنًا بِكُفْرٍ فَهُوَ كَقَاتِلِهِ، وَ مَنْ قَتَلَ نَفْسَهُ بِشَيْءٍ عَذَّبَهُ اللهُ بِمَا قَتَلَ بِهِ نَفْسَهُ يَوْمَ اْلقِيَامَةِ.

Dari Abu Qilabah RA bahwasanya Tsabit bin Dlahhak RA mengkhabarkan kepadanya bahwasanya dia pernah berbaiat kepada Rasulullah SAW di bawah sebuah pohon. Dan bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa bersumpah atas suatu sumpah dengan agama selain Islam secara dusta dengan sengaja, maka dia sebagaimana yang dia ucapkan. Barangsiapa bunuh diri dengan sesuatu, maka dia akan disiksa dengannya pada hari qiyamat. Tidak ada nadzar atas seseorang pada sesuatu yang tidak dia miliki. Mela’nat orang mukmin itu seperti membunuhnya. Barangsiapa menuduh orang mukmin dengan kekafiran, maka dia seperti membunuhnya. Dan barangsiapa yang bunuh diri dengan sesuatu untuk melukainya, maka dia disiksa dengannya pada hari qiyamat”. [HR. Bukhari, Muslim, Abu Dawud dan Nasai dengan diringkas. Dan Tirmidzi juga meriwayatkan dan dia menshahihkannya, lafadhnya] : Sesungguhnya Nabi SAW bersabda, “Tidak ada nadzar atas seseorang pada apa-apa yang dia tidak memilikinya. Orang yang mela’nat orang mukmin, seperti orang yang membunuhnya. Barangsiapa menuduh orang mukmin dengan kekafiran, maka dia seperti membunuhnya. Barangsiapa membunuh diri dengan sesuatu, maka pada hari qiyamat Allah akan menyiksanya dengan sesuatu yang dia pakai untuk bunuh diri itu”.

عَنْ ثَابِتِ بْنِ الضَّحَّاكِ قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ ص: مَنْ حَلَفَ بِمِلَّةِ سِوَى اْلاِسْلاَمِ كَاذِبًا مُتَعَمِّدًا فَهُوَ كَمَا قَالَ. وَ مَنْ قَتَلَ نَفْسَهُ بِشَيْءٍ عَذَّبَهُ اللهُ فِى نَارِ جَهَنَّمَ. هذا حديث سفيان. و اما شعبة فحديثه اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص قَالَ: مَنْ حَلَفَ بِمِلَّةِ سِوَى اْلاِسْلاَمِ كَاذِبًا فَهُوَ كَمَا قَالَ: وَ مَنْ ذَبَحَ نَفْسَهُ بِشَيْءٍ ذُبِحَ بِهِ يَوْمَ اْلقِيَامَةِ. مسلم

Dari Tsabit bin Dlahhak ia berkata : Nabi SAW bersabda, “Barangsiapa bersumpah dengan agama selain Islam secara bohong dan sengaja, maka dia seperti apa yang diucapkan. Barangsiapa membunuh dirinya dengan sesuatu, maka Allah akan menyiksanya dengan sesuatu itu di neraka jahannam”. Ini menurut riwayat Sufyan. Adapun menurut riwayat Syu’bah, Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa bersumpah dengan agama selain Islam secara bohong, maka dia seperti apa yang dia ucapkan. Dan barangsiapa menyembelih (melukai) dirinya dengan sesuatu, maka dia akan dilukai dengan sesuatu itu pada hari qiamat”. [HR. Muslim juz I, hal 105]

عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ: شَهِدْنَا مَعَ رَسُوْلِ اللهِ ص حُنَيْنًا فَقَالَ لِرَجُلٍ مِمَّنْ يُدْعَى بِاْلاِسْلاَمِ: هذَا مِنْ اَهْلِ النَّارِ. فَلَمَّا حَضَرْنَا اْلقِتَالَ قَاتَلَ الرَّجُلُ قِتَالاً شَدِيْدًا فَاَصَابَتْهُ جِرَاحَةٌ. فَقِيْلَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، الرَّجُلُ الَّذِى قُلْتَ لَهُ آنِفًا: اِنَّهُ مِنْ اَهْلِ النَّارِ. فَاِنَّهُ قَاتَلَ اْليَوْمَ قِتَالاً شَدِيْدًا وَ قَدْ مَاتَ. فَقَالَ النَّبِيُّ ص: اِلَى النَّارِ. فَكَادَ بَعْضُ اْلمُسْلِمِيْنَ اَنْ يَرْتَابَ. فَبَيْنَمَا هُمْ عَلَى ذلِكَ اِذْ قِيْلَ: اِنَّهُ لَمْ يَمُتْ. وَلكِنَّ بِهِ جِرَاحًا شَدِيْدًا. فَلَمَّا كَانَ مِنَ اللَّيْلِ لَمْ يَصْبِرْ عَلَى اْلجِرَاحِ فَقَتَلَ نَفْسَهُ. فَاُخْبِرَ النَّبِيُّ ص بِذلِكَ، فَقَالَ: اللهُ اَكْبَرُ، اَشْهَدُ اَنِّى عَبْدُ اللهِ وَ رَسُوْلُهُ. ثُمَّ اَمَرَ بِلاَلاً فَنَادَى فِى النَّاسِ، اِنَّهُ لاَ يَدْخُلُ اْلجَنَّةَ اِلاَّ نَفْسٌ مُسْلِمَةٌ. وَ اِنَّ اللهَ يُؤَيِّدُ هذَا الدِّيْنَ بِالرَّجُلِ اْلفَاجِرِ. مسلم

Dari Abu Hurairah RA, dia berkata : Saya ikut bersama Rasulullah SAW dalam perang Hunain. Beliau bersabda terhadap seseorang yang diketahui keislamannya, “Orang ini termasuk ahli neraka”. Ketika kami telah memasuki peperangan, orang itu berperang dengan garang, lalu dia terluka. Ada yang melaporkan kepada Rasulullah SAW, “Ya Rasulullah, orang yang engkau katakan sebagai ahli neraka tadi, ternyata pada hari ini berperang dengan garang dan sekarang sudah meninggal”. Nabi SAW bersabda, “Dia ke neraka !”. Sebagian kaum muslimin hampir-hampir merasa ragu. Pada saat demikian itu, datang seseorang melapor, “Ternyata dia belum mati, tetapi mengalami luka parah !”. Pada malam harinya, orang itu tidak sabar dengan lukanya, lalu dia bunuh diri. Ketika Nabi SAW diberitahu yang demikian itu, maka beliau bersabda, "Allah Maha Besar. Aku bersaksi bahwa aku adalah hamba Allah dan utusan-Nya”. Kemudian beliau memerintah Bilal supaya menyeru pada orang banyak, lalu Bilal melaksanakannya, “Sesungguhnya tidak akan masuk surga, kecuali jiwa (diri) yang muslim. Dan sesungguhnya Allah menguatkan agama ini dengan orang yang jahat”. [HR. Muslim juz I, hal 105]

عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدِ السَّاعِدِيِّ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص اْلتَقَى هُوَ وَ اْلمُشْرِكُوْنَ فَاقْتَتَلُوْا. فَلَمَّا مَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص اِلَى عَسْكَرِهِ وَ مَالَ اْلآخَرُوْنَ اِلَى عَسْكَرِهِمْ وَ فِى اَصْحَابِ رَسُوْلِ اللهِ ص رَجُلٌ لاَ يَدَعُ لَهُمْ شَاذَّةً اِلاَّ اتَّبَعَهَا يَضْرِبُهَا بِسَيْفِهِ. فَقَالُوْا: مَا اَجْزَأَ مِنَّا اْليَوْمَ اَحَدٌ كَمَا اَجْزَأَ فُلاَنٌ فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: اَمَا اِنَّهُ مِنْ اَهْلِ النَّارِ. فَقَالَ رَجُلٌ مِنَ اْلقَوْمِ: اَنَا صَاحِبُهُ اَبَدًا. قَالَ فَخَرَجَ مَعَهُ كُلَمَا وَقَفَ وَقَفَ مَعَهُ وَ اِذَا اَسْرَعَ اَسْرَعَ مَعَهُ. قَالَ فَجُرِحَ الرَّجُلُ جُرْحًا شَدِيْدًا. فَاسْتَعْجَلَ اْلمَوْتَ فَوَضَعَ نَصْلَ سَيْفِهِ بِاْلاَرْضِ وَ ذُبَابَهُ بَيْنَ ثَدْيَيْهِ. ثُمَّ تَحَامَلَ عَلَى سَيْفِهِ فَقَتَلَ نَفْسَهُ، فَخَرَجَ الرَّجُلُ اِلىَ رَسُوْلِ اللهِ ص فَقَالَ: اَشْهَدُ اَنَّكَ رَسُوْلُ اللهِ. قَالَ: وَ مَا ذَاكَ؟ قَالَ: الرَّجُلُ الَّذى ذَكَرْتَ آنِفًا اَنَّهُ مِنْ اَهْلِ النَّارِ. فَاَعْظَمَ النَّاسُ ذلِكَ. فَقُلْتُ: اَنَا لَكُمْ بِهِ فَخَرَجْتُ فِى طَلَبِهِ حَتَّى جُرِحَ جُرْحًا شَدِيْدًا. فَاسْتَعْجَلَ اْلمَوْتَ فَوَضَعَ نَصْلَ سَيْفِهِ بِاْلاَرْضِ وَ ذُبَابَهُ بَيْنَ ثَدْيَيْهِ. ثُمَّ تَحَامَلَ عَلَيْهِ فَقَتَلَ نَفْسَهُ. فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص عِنْدَ ذلِكَ: اِنَّ الرَّجُلَ لَيَعْمَلُ عَمَلَ اَهْلِ اْلجَنَّةِ فِيْمَا يَبْدُو لِلنَّاسِ وَ هُوَ مِنْ اَهْلِ النَّارِ. وَ اِنَّ الرَّجُلَ لَيَعْمَلُ عَمَلَ اَهْلِ النَّارِ فِيْمَا يَبْدُو لِلنَّاسِ وَ هُوَ مِنْ اَهْلِ اْلجَنَّةِ. مسلم

Dari Sahl bin Sa’ad As-Sa’idiy, bahwa Rasulullah SAW bertemu dengan orang-orang musyrik dan terjadilah peperangan. Setelah Rasulullah SAW kembali kepada pasukannya dan yang lain pun kembali kepada pasukan mereka, dan diantara pengikut Rasulullah SAW ada seorang yang tidak membiarkan musuh  yang lari menyendiri tanpa mengejarnya dan memukulnya dengan pedang, orang-orang berkata, “Pada hari ini, tak seorang pun diantara kita yang bertempur sehebat si Fulan”. Mendengar hal itu Rasulullah SAW bersabda, “Ingat-ingatlah, dia termasuk ahli neraka”. Seseorang diantara kaum muslimin berkata, “Aku akan selalu menyertainya”. (Rawi berkata), “Lalu orang itupun keluar bersamanya (orang yang disabdakan Rasulullah SAW sebagai ahli neraka). Kemanapun dia pergi, orang itu selalu menyertainya, setiap kali orang itu berhenti iapun ikut berhenti. Dan setiap kaliorang itu berlari diapun ikut berlari bersamanya. Lalu dia terluka parah. Kemudian dia ingin mempercepat kematian dengan meletakkan pedangnya di tanah, sedangkan ujung pedangnya berada diantara dua susunya, lalu dia menekankan badannya pada pedang, sehingga dia mati bunuh diri”. Orang yang selalu menyertai itu datang kepada Rasulullah SAW dan berkata, “Aku bersaksi bahwa engkau memang utusan Allah”. Rasulullah SAW bertanya, “Ada apa ini ?”. Orang itu menjawab, “Orang yang engkau sabdakan sebagai ahli neraka tadi dimana orang-orang menganggap hal itu penting, maka aku berkata, “Aku menyediakan diri untuk menyertainya”. Lalu aku keluar mencarinya, sehingga ketika dia terluka parah, dia berusaha mempercepat kematian dengan meletakkan pedangnya di tanah, sedangkan ujung pedang berada diantar dua susunya, kemudian dia menekankan badannya sehingga mati bunuh diri". Pada saat itu Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya ada orang yang orang banyak memandangnya beramal dengan amal ahli surga, padahal sebenarnya dia termasuk ahli neraka. Dan ada orang yang orang banyak memandangnya beramal dengan amal ahli neraka, padahal dia termasuk ahli surga”. [HR. Muslim juz I, hal 106]

عَنْ جَابِرٍ اَنَّ الطُّفَيْلَ بْنَ عَمْرٍو الدَّوْسِيَّ اَتَى النَّبِيَّ ص فَقَالَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، هَلْ لَكَ فِى حِصْنٍ حَصِيْنٍ وَ مَنْعَةٍ؟ (قَالَ حِصْنٌ كَانَ لِدَوْسٍ فِى اْلجَاهِلِيَّةِ) فَاَبَى ذلِكَ النَّبِيُّ ص لِلَّذِى ذَخَرَ اللهُ لِـْلاَنْصَارِ. فَلَمَّا هَاجَرَ النَّبِيُّ ص اِلَى اْلمَدِيْنَةِ هَاجَرَ اِلَيْهِ الطُّفَيْلُ بْنُ عَمْرٍو وَ هَاجَرَ مَعَهُ رَجُلٌ مِنْ قَوْمِهِ. فَاجْتَوَوُا اْلمَدِيْنَةَ فَمَرِضَ فَجَزِعَ فَاَخَذَ مَشَاقِصَ لَهُ، فَقَطَعَ بِهَا بَرَاجِمَهُ، فَشَخَبَتْ يَدَاهُ حَتَّى مَاتَ. فَرَآهُ الطُّفَيْلُ بْنُ عَمْرٍو فِى مَنَامِهِ. فَرَآهُ وَ هَيْئَتُهُ حَسَنَةٌ. وَ رَآهُ مُغَطِّيًا يَدَيْهِ فَقَالَ لَهُ: مَا صَنَعَ بِكَ رَبُّكَ؟ فَقَالَ غَفَرَلِى بَهِجْرَتِى اِلَى نَبِيِّهِ ص. فَقَالَ: مَا لِى اَرَاكَ مُغَطِّيًا يَدَيْكَ؟ قَالَ قِيْلَ لِى. لَنْ نُصْلِحَ مِنْكَ مَا اَفْسَدْتَ. فَقَصَّهَا الطُّفَيْلُ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ ص. فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص. اَللّهُمَّ وَ لِيَدَيْهِ فَاغْفِرْ. مسلم

Dari Jabir, bahwa Ath-Thufail bin Amr Ad-Dausiy datang kepada Nabi SAW lalu berkata, “Ya Rasulullah, apakah engkau mau berada dalam benteng yang kokoh dan kuat ?”. (Benteng itu milik keluarga Daus di zaman Jahiliyah). Rasulullah SAW menolak untuk itu, karena sudah ada yang disimpankan Allah pada golongan Anshar. Ketika Nabi SAW hijrah ke Madinah, Ath-Thufail bin Amr juga hijrah ke sana disertai seseorang dari kaumnya. Ternyata mereka tidak kerasan tinggal di Madinah. Kemudian orang yang menyertai Ath-Thufail bin Amr tersebut sakit. Dia tidak sabar dengan sakitnya, maka diambilnya anak panah bermata lebar miliknya. Dengan itu dia potong ruas-ruas jarinya, sehingga kedua tangannya mengalirkan darah dengan deras, sehingga mati. Suatu hari Ath-Thufail bin Amr memimpikan orang itu. Dalam mimpinya Ath-Thufail melihat orang tersebut dalam keadaan baik, tetapi dia menutupi kedua tangannya. Lalu Ath-Thufail bertanya, “Apa tindakan Tuhanmu terhadapmu ?”. Orang itu menjawab, “Dia mengampuniku karena hijrahku kepada Nabi-Nya SAW”. Ath-Thufail bertanya lagi, “Kenapa aku lihat engkau menutupi kedua tanganmu ?”. Orang itu menjawab, “Dikatakan kepadaku : “Kami tidak akan memperbaiki dirimu apa yang telah engkau rusak”. Kemudian Ath-Thufail menceritakan mimpinya kepada Rasulullah SAW, lalu beliau berdoa, “Ya Allah, untuk kedua tangannya, maka ampunilah dia”. [HR. Muslim juz I, hal 109]

Keterangan :

Dari ayat-ayat dan hadits-hadits diatas, jelaslah bahwa putus asa dan bunuh diri itu haram hukumnya. Namun demikian, apabila ada orang Islam yang melakukan hal tersebut, tidak otomatis dia menjadi kafir, dan ternyata Nabi juga memintakan ampun untuk seorang shahabat setelah mendengar cerita mimpinya ATh-Thufail Ad-Dausiy tersebut. Dengan demikian, apabila ada orang Islam yang mati bunuh diri, maka kitapun tetap berkewajiban menshalatkannya. Adapun urusan dia dengan Allah, kita serahkan pada Allah, wallaahu a’lam.

~oO[ A ]Oo~

 Ahad, 16 Januari 2000/09 Syawwal 1420               Brosur no. : 1017/1057/IF

Halal Haram Dalam Islam (ke-25)


Bersambung……..
Add to Cart More Info

Jumat, 19 Desember 2014

Shalat Sunah ba'diyah Jum'ah Shalat Sunnah Thahur Shalat sunnah tahiyatul masjid

Shalat  Sunnah  Thahur

Istilah yang diberikan bagi dua rekaat shalat sunnah yang dikerjakan sehabis bersuci/wudlu dan dengan sirr (tidak nyaring). Nabi SAW bersabda :

يَا بِلاَلُ حَدِّثْنِي بِاَرْجَى عَمَلٍ عَمِلْتَهُ فِى اْلاِسْلاَمِ. اِنِّى سَمِعْتُ دَقَّ نَعْلَيْكَ بَيْنَ يَدَيَّ فِى اْلجَنَّةِ. قَالَ: مَا عَمِلْتُ عَمَلاً اَرْجَى عِنْدِى مِنْ اَنِّى لَمْ اَتَطَهَّرْ طَهُوْرًا فِى سَاعَةٍ مِنْ لَيْلٍ اَوْ نَهَارٍ اِلاَّ صَلَّيْتُ بِذلِكَ الطَّهُوْرِ مَا كُتِبَ لِيْ اَنْ اُصَلِّىَ. البخارى و مسلم
"Wahai Bilal, ceritakan kepadaku amalan yang paling besar dan memberi harapan yang telah engkau kerjakan di dalam Islam. Aku mendengar suara sepatumu di hadapanku di dalam surga". Bilal menjawab : "Tak ada suatu amal yang banyak memberikan harapan selain daripada aku tiada berwudlu dengan sesuatu wudlu kapanpun, baik malam maupun siang, melainkan aku mengerjakan shalat dengan wudlu itu dengan shalat yang telah ditetapkan untukku (yaitu dua rekaat sunnah Thahur)". [HSR Bukhari dan Muslim].



F.     Shalat sunnah tahiyatul masjid



Shalat Sunnah Tahiyatul Masjid ialah: Istilah yang diberikan bagi shalat sunnah ketika memasuki sebuah masjid/surau/langgar dan dikerjakan sebelum duduk.

Bilangan rakaat/cara pelaksanaannya
Dua rakaat dan dengan bacaan sirr (tidak nyaring)

Dalil pelaksanaannya
عَنْ اَبِى قَتَادَةَ رض قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص اِذَا دَخَلَ اَحَدُكُمُ اْلمَسْجِدَ فَلاَ يَجْلِسْ حَتَّى يُصَلّيَ رَكْعَتَيْنِ. البخارى و مسلم
Dari Abu Qatadah RA, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Apabila seseorang diantara kalian masuk masjid, maka janganlah ia duduk sebelum shalat dua rakaat”. [HSR. Bukhari dan Muslim]
قَالَ اَبُوْ سَعِيْدٍ: اِنَّ رُجُلاً دَخَلَ اْلمَسْجِدَ يَوْمَ اْلجُمُعَةِ وَ رَسُوْلُ اللهِ ص يَخْطُبُ عَلَى اْلمِنْبَرِ فَأَمَرَهُ اَنْ يُصَلّيَ رَكْعَتَيْنِ. الترمذى
Telah berkata Abu Sa'id, “Sesungguhnya seorang laki-laki pernah masuk ke masjid pada hari Jum'at, pada waktu itu Rasulullah SAW sedang berkhutbah di atas mimbar, maka beliau memerintahkan kepada orang tersebut untuk shalat dua rakaat”. [HSR. Tirmidzi]


Demikian pula, sabda Nabi SAW :
اِذَا جَاءَ اَحَدُكُمْ يَوْمَ اْلجُمُعَةِ وَاْلاِمَامُ يَخْطُبُ فَلْيَرْكَعْ رَكْعَتَيْنِ وَ لْيَتَجَوَّزْ فِيْهَا. مسلم
Apabila seseorang diantara kalian datang (ke masjid) pada hari Jum'at, dan ketika itu imam sedang berkhutbah, maka hendaklah ia shalat dua rakaat dengan ringkas. [HSR. Muslim]



G.      Shalat Sunnah Intidhar

Istilah untuk shalat sunnah intidhar ialah : Shalat sunnah yang dikerjakan sebelum imam naik ke mimbar/sebelum adzan pada hari Jum'at.

Waktunya
Sejak masuk masjid di hari Jum'at hingga imam naik ke mimbar/adzan diserukan.

Cara Pelaksanaan/Bilangan Rekaatnya :
Dua rekaat dengan satu salam, dengan sirr (suara yang lembut) dan tidak terbatas bilangan rekaatnya, boleh dikerjakan menurut kemampuan dan kehendak masing-masing.

Dalil-dalil pelaksanaan
عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِيّ ص قَالَ: مَنِ اغْتَسَلَ ثُمَّ اَتَى اْلجُمُعَةَ فَصَلَّى مَا قُدّرَ لَهُ، ثُمَّ اَنْصَتَ حَتَّى يَـْفُرغَ مِنْ خُطْبَتِهِ، ثُمَّ يُصَلّى مَعَهُ، غُفِرَ لَهُ مَا بَيْنَهُ وَ بَيْنَ اْلجُمُعَةِ اْلاُخْرَى وَ فَضْلُ ثَلاَثَةِ  اَيَّامٍ. مسلم 2: 587
Dari Abu Hurairah dari Nabi SAW, beliau bersabda, “Barangsiapa mandi di hari Jum'at kemudian datang shalat Jum’at, lalu shalat seberapa ia mampu, kemudian diam sehingga khatib selesai berkhutbah, lalu shalat bersama imam, niscaya diampuni dosanya antara dua Jum'at dan tiga hari sesudahnya. [HR. Muslim 2 : 587].


H.      Shalat  Sunnah  ba'diyah Jum'ah

Cara Pelaksanaan/Bilangan Rekaatnya :
Apabila dikerjakan di masjid, 4 rekaat (2 rekaat salam, 2 rekaat salam).

Dalil-dalil pelaksanaan
عَنْ اَبِىْ هُرَ يْرَةَ رض اِنَّ النَّبِيَّ ص قَالَ: اِذَا صَلَّى اَحَدُكُمُ اْلجُمُعَةَ فَلْيُصَلِّ بَعْدَهَا اَرْبَعَ رَكَعَاتٍ. الجماعة الا البخارى
Dari Abu Hurairah RA, bahwasanya Nabi SAW pernah bersabda : "Apabila seseorang diantara kalian shalat Jum'ah, maka hendaklah shalat sesudah itu 4 rekaat". [HR Jama'ah, kecuali Bukhari].

Apabila dikerjakan di rumah, 2 rekaat.
عَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا: اَنَّ النَّبِيَّ ص كَانَ يُصَلِّى بَعْدَ اْلجُمُعَةِ رَكْعَتَيْنِ فِى بَيْتِهِ. الجماعة
Dari Ibnu 'Umar RA, bahwasanya Nabi SAW biasa shalat sesudah Jum'ah 2 rekaat di rumahnya. [HR. Jama'ah].

Keterangan :
Shalat sunnah sesudah Jum'ah, Nabi SAW mengerjakannya 2 rekaat di rumahnya. Sedang menurut hadits yang pertama shalat ba'diyah Jum'ah itu 4 rekaat, maka ini bisa diambil suatu pengertian bahwa yang 4 rekaat itu dikerjakan di masjid.



Add to Cart More Info